Pendidikan Berkarakter Kerakyatan dan Mempersiapkan Generasi Penerus Bangsa
“Jika kita gagal dalam pendidikan maka kita punya kewajiban dan tugas adalah kita harus mendorong, mendidik, mengawal dan mempersiapkan generasi penerus bangsa agar mereka lebih baik dari kita”. Nyamuk Karunggu SGP (sarjana gagal pendidikan)
“Pendidikan adalah senjata yang paling ampuh untuk mengubah dunia”- Nelson Mandela Sang Revolusi Afrika Selatan
“Pendidikan adalah alat perlawanan dan pembebasan bangsa tertindas”- Paulo Freire
Kehadiran Sekolah Rakyat Nuwi Nindi Yuguru Nduga Papua merupakan universitas untuk rakyat tertindas lebih-lebih bagi rakyat Nduga Papua. Sekolah Rakyat memiliki berkarakter kerakyatan dan bertujuan untuk belajar bersama, diskusi bersama, tumbuh bersama, berpikir bersama, berjuang bersama dan mempersiapkan generasi penerus bangsa dengan kesabaran yang tinggi agar generasi penerus bangsa harus memiliki berkarakter kerakyatan bukan berkarakter penindas atau karakter birokratis.
Sekolah Rakyat memiliki konsep pendidikan adalah pendidikan hadap masalah, kenapa kita memiliki konsep pendidikan hadap masalah?? karena kami anggap pendidikan adalah alat perubahan bangsa, pendidikan adalah alat perlawanan terhadap penindasan yang melahirkan ketidakadilan dan ketidak kesetaraan dimuka bumi ini. Pendidikan adalah alat pembebasan bangsa tertindas, pendidikan adalah mempertajamkan pikiran dan otak anak bangsa dan tujuan pendidikan adalah mencerdaskan kehidupan anak bangsa (ki hajar Dewantara, Soekarno).
Sekolah Rakyat memiliki berkarakter kerakyatan artinya sekolah Rakyat berpihak kepada rakyat tertindas, rakyat yang buta huruf, rakyat yang tidak tahu apa-apa dan pendidikan harus berpihak kepada rakyat miskin itu adalah tujuan pendidikan. Konsep pendidikan sekolah Rakyat adalah memberikan ruangan kebebasan seluas-luasnya kepada murid atau siswa agar siswa sendiri yang menemukan jati dirinya sebagai manusia sejatinya. Guru dan siswa setara artinya guru dan siswa anggaplah kawan yang sedang belajar bersama, diskusi bersama dan berpikir bersama.
Misi utama Sekolah Rakyat adalah mendidik dan mencerdaskan kehidupan anak bangsa tanpa batas dan tanpa memandang usia, suku bangsa, agama, jenis kelamin dan status sosial lainnya. Itu sebabnya kita mendidik, mengajar, mendorong dan memberikan pendidikan gratis kepada kawan-kawan Indonesia di Universitas jalan raya. Pendidikan harus membebaskan, menyehatkan dan rasa nyaman kepada anak bangsa bukan menindas, menekan, menyakutkan, membodohkan, membelenggu, menjajah pikiran dan mematikan karakternya.
Pendidikan harus memberikan pengaruh besar terhadap tatanan masyarakat, pendidikan harus membantu masyarakat, pendidikan harus mendidik rakyat, pendidikan harus mencerdaskan kehidupan anak bangsa dan pendidikan harus tindakan nyata bagi masyarakat lemah dan tertindas. Apabila kau orang bersekolah tinggi mempengaruhi masyarakat dengan karaktermu kerakyatan maka anda akan mendapatkan tempat khusus di mata masyarakat. Itu sangat terbukti dunia nyata adalah kami penggerak Sekolah Rakyat Nduga Papua mengajar dan tinggal bersama masyarakat Yuguru Nduga Papua 2 bulan dan kami mau balik ke Wamena warga Nduga antar kita Tiom pake 4 mobil itu merupakan rasa kehormatan, penghargaan sangat berharga bagi kami Tim penggerak Sekolah Rakyat Nduga Papua.
Sekolah Rakyat berkarakter kemasyarakatan yang harus lakukan adalah tindakan nyata bukan kata-kata atau menumpuk teori omong kosong belaka di mata masyarakat, persis seperti apa yang dikatakan oleh Paulo Coelho bahwa “pendidikan terbaik adalah tindakan nyata bukan kata-kata”. Lebih lanjut Wiji Thukul bahwa “ Apa gunanya punya sekolah tinggi, ilmu banyak kalau hanya untuk mengibuli dan apa gunanya kau baca banyak buku kalau mulut kau bungkam melulu.
Ini lebih-lebih kritik berat terhadap para sarjana Papua dan Mahasiswa Papua yang sekolah tinggi-tinggi, sekolah bertahun-tahun, berteriak Papua Barat Merdeka kiri kanan, mengakui diri aktivis kiri kanan, pake baju aksesoris Bk tampil di mana-mana dan meng-klaim diri orang Papua tapi sayangnya tindakan nyata bagi rakyat Papua Nil besar. Tindakan nyata untuk generasi bangsa Papua tidak ada dan tidak ada persiapan generasi muda tidak ada pula terus ko berteriak Papua Merdeka tanpa mendidik dan mempersiapkan generasi itu logikanya bagaimana?? Atau ko kira Papua Merdeka itu barang instan atau barang jadi yang siap pakai?
Mari bergabung bersama kita sekolah Rakyat Papua untuk mendidik dan mempersiapkan generasi penerus bangsa untuk mendidik rakyat secara akar rumput dengan pendidikan yang sistematis, terprogram, terstruktur, terkolektif yang berkarakter kerakyatan, secara demokratis dan kritis. Ingat pendidikan tak hanya berkutat di sektor formal, ada juga pendidikan informal atau luar sekolah dan keterampilan.
Kita harus sadar bahwa tujuan utama pendidikan bukanlah pengetahuan,gelar, pintar dan kau menjadi sok-sok tahu tetapi tindakan. Kenapa harus tindakan? Karena tindakan nyata akan mengubah sistem tatanan masyarakat, mengubah pola pikir, mengubah bangsa dan negara. Masyarakat membutuhkan tindakan nyata bukan memuntah teori terhadap rakyat sebab rakyat lebih percaya bukti daripada janji. Anda orang pendidikan tapi pengetahuan tidak implementasikan kepada masyarakat maka tidak ada gunanya anda memiliki ilmu pengetahuan sebab pengetahuan adalah kekuatan. Informasi membebaskan masyarakat. Pendidikan adalah premis kemajuan, di setiap masyarakat, di setiap keluarga.
Kehadiran Sekolah Rakyat adalah untuk mendorong dan mempersiapkan generasi penerus bangsa untuk membangun budaya kemerdekaan berpikir, kebebasan berpikir, berpikir kritis dan membentuk berkarakter kerakyatan pendidikan yang berwatak demokratis dan berekonomi mandiri. Kami sadar dan kami tahu bahwa “akar pendidikan itu pahit, tapi buahnya manis.” – Aristoteles
Kami sekolah Rakyat Nduga Papua punya kewajiban untuk mendengar semua persoalan yang ada di Nduga, Papua, Indonesia dan dunia serta persoalan Papua Barat Merdeka sekolah Rakyat Nduga Papua punya kewajiban mendengar karena pendidikan itu sebagai alat pembebasan bangsa tertindas.”Pendidikan adalah kemampuan untuk mendengarkan hampir semua hal tanpa kehilangan kesabaran atau kepercayaan diri.” – Robert Frost
Ingat para aktivis Papua Barat Merdeka, para mahasiswa Papua demonstran PM dan anda sekalian harus sadar dan ingat bahwa; “dasar dari setiap terbentuknya negara adalah pendidikan para pemuda.” – Diogenes
Para mahasiswa Papua yang kuliah di luar Papua kami yakin anda memperoleh pengalaman dan ilmu tinggi tapi sayangnya pengalamanmu tidak implementasikan kepada bangsamu yang masih bimbing, masih bingung, masih belenggu dan masih terjajah. Sebab guru terbaik adalah pengalaman.
Pengalaman ini menjadi spirit Freire dalam menggagas konsep pendidikan. Berangkat dari pengalaman empiris di lingkungan tempat tinggalnya, serta tantangan sehari-hari di mana ia selalu dihadapkan pada penindasan, melahirkan konsep pendidikan yang menjadi kritik terhadap model pendidikan berkembang di seluruh dunia, hingga sekarang.
Konsep pendidikan dari Freire yang kemudian kita kenal sebagai metode pendidikan hadap-masalah bertujuan utama untuk memahami realitas. Metode pendidikan ini akan membuat seseorang menjadi aktif menyadari lingkungannya dan kondisinya sebagai subjek. Dalam hal ini, seorang peserta didik diarahkan untuk selalu terlibat dengan persoalan kemasyarakatannya.
Karena Freire melihat manusia sebagai makhluk yang sempurna, menurut Freire manusia harus diposisikan sebagai subjek. Sebagai subjek artinya manusia mampu mengubah realitas dari permasalahan yang ditemukan. Sebaliknya, manusia yang hanya beradaptasi adalah manusia sebagai objek.
Metode hadap-masalah tidak dilakukan dengan dikotomi aktivitas guru-murid di mana guru memiliki kondisi tidak “memahami” dan “menceritakan”. Guru yang selalu “memahami”, adalah guru yang menyiapkan projek dengan baik dan terlibat dialog atau diskusi dengan murid. Guru tidak menganggap objek yang dipahami sebagai kepunyaannya sendiri melainkan sebagai objek refleksi bagi dirinya dan muridnya.
Murid pun, tidak lagi sekedar menjadi pendengar. Mereka diidealkan menjadi pencari jawaban kritis dalam dialog dengan guru. Peran pendidik yang memakai metode hadap-masalah diharapkan dapat menciptakan kebersamaan dengan murid; kondisi di mana pengetahuan pada tahap mentera (doxa) diganti dengan pengetahuan sejati pada tahap ilmu (logos)-Freire
Metode hadap-masalah ini juga digunakan Freire untuk mengkritik konsep pendidikan yang ia sebut sebagai pendidikan bergaya bank, yakni pendidikan yang menjadikan aktivitas belajar-mengajar sebagai aktivitas menabung, di mana murid berperan sebagai tabungan dan guru bertindak layaknya penabung. Murid hanya menerima dan menyimpan apa yang disampaikan oleh guru. Tidak ada proses dialektika antara guru dan murid . Konsep pendidikan gaya bank ini bagi Freire merupakan cikal bakal lahirnya ideologi penindasan bagi masyarakat.
Lebih lanjut bisa baca dalam buku yang berjudul: “Pendidikan Kaum Tertindas” yang ditulisnya, oleh Paulo banyak menyinggung permasalahan Humanisme. Persoalan humanisasi menurut Freire adalah persoalan universal kehidupan manusia. Baginya, masalah humanisasi mesti dilihat sebagai masalah pokok, suatu semangat yang tak terelakkan.
Humanisasi adalah proses pemanusiawian manusia. Selain itu, upaya humanisasi merupakan bagian nyata dari perlawanan terhadap dehumanisasi. Dehumanisasi adalah aktivitas kontra kemanusiaan atau penghilangan harkat manusianya.
Dalam pandangan Freire, baik humanisasi dan dehumanisasi merupakan pilihan yang nyata. Namun, kedua pilihan itu sangat kontradiktif. Freire menyebutkan humanisasi menjadi fitrah manusia, sedangkan dehumanisasi adalah sebuah penyimpangan fitrah menjadi manusia sejati. Dehumanisasi sendiri dapat terjadi karena adanya perampasan kemanusiaan dalam masyarakat. Kemanusiaan menurut Freire, tidak terjadi secara independen atau given, tetapi merupakan proses yang harus diupayakan.
Freire menegaskan bahwa manusia terlahir sebagai pejuang dan fitrah ontologisnya adalah memperjuangkan humanisasi. Cepat atau lambat, manusia akan menyadari kontradiksi yang terjadi antara humanisasi dan dehumanisasi, salah satunya kontradiksi yang ada dalam sistem pendidikan.
Dalam konsep pendidikan bagi kaum tertindas dengan tujuan membebaskan diri dari penindasan harus diusahakan dan mengingatkan masyarakat akan pentingnya pendidikan berkarakter kerakyatan.
Penulis Merupakan Sekolah Rakyat Nuwi Nindi Yuguru Nduga Papua. Tulisan ini sengaja menulis agar pola pikir dan pola perjuangan rakyat Papua Barat harus mengubah dan mendidik dan mempersiapkan generasi penerus bangsa secara keseluruhan rakyat akar rumput di atas tanah west Papua.
#Sekolah Rakyat Nuwi Nindi Yuguru Nduga Papua
Nduga, 17 Juli 2024
Hidup Sekolah Rakyat!
Panjang umur hal-hal baik!
Hidup Guru Penggerak!
Penulis Guru Penggerak Nyamuk Yordan karungggu