Tulisan komrad: benjoss undil
Apa Itu Imperialisme?
Imperialisme adalah tahapan tertentu dalam perkembangan kapitalisme, yakni kapitalisme yang telah “membusuk” di mana persaingan bebas telah digantikan dengan monopoli. Persaingan bebas, yang merupakan karakter utama kapitalisme, terus mendorong konsentrasi kapital dan produksi, menciptakan industri-industri raksasa yang terus melumat industri-industri kecil. Proses konsentrasi kapital dan produksi ini akhirnya mendorong perubahan kuantitas menjadi perubahan kualitas, yakni terciptanya monopoli, kartel, konglomerasi, yang bersatu dengan kapital perbankan–yang sendirinya juga mengalami konsentrasi kapital–dan menjadikan kapital finans sebagai tuan raja dari semua kapital.
Monopoli yang lahir dari kompetisi bebas tidak menghilangkan sepenuhnya kompetisi bebas, tetapi eksis di atasnya dan bersamanya. Yang kita saksikan hari ini bukan lagi persaingan bebas seperti periode awal kapitalisme, antar pengusaha-pengusaha yang terus bersaing untuk bagaimana memproduksi barang dengan lebih efisien lewat perkembangan teknik. Yang ada hari ini adalah antagonisme yang tajam dan brutal antara monopoli-monopoli raksasa, yang dilakukan dengan pembenturan kapital-kapital, dengan saling mencaplok, dengan kebijakan dominasi, penjajahan, dan sampai ekspresi terakhirnya, peperangan yang menyeret seluruh umat manusia ke barbarisme yang paling berdarah-darah. Inilah imperialisme.
Kalau ingin diringkas, ada 4 karakter utama imperialisme adalah:
1) Monopoli, dengan kartel dan konglomerasi
2) Kapital finans, yakni di mana bank dan institusi finansial adalah tuan dari semua kapitalis
3) Ekspor kapital menjadi dominan
4) Pembagian dunia di antara monopoli-monopoli raksasa dan negeri-negeri kapitalis maju
Karena imperialisme adalah tahapan tertinggi kapitalisme, maka perjuangan melawan imperialisme tidak bisa dipisahkan dari perjuangan melawan kapitalisme. Perjuangan melawan dominasi asing tidak bisa dipisahkan dari perjuangan kelas. Kedua perjuangan ini adalah satu kesatuan. Perjuangan melawan imperialisme membutuhkan sebuah program perjuangan kelas yang lengkap, tegas, dan tidak berkompromi, yang dalam setiap langkahnya selalu menyerang kepemilikan pribadi kaum borjuis.
Kekeliruan dari mereka-mereka yang meletakkan perjuangan melawan imperialisme di atas perjuangan kelas adalah karena mereka melihat imperialisme sebagai sesuatu yang terpisah dari kapitalisme itu sendiri. Mereka tidak memahami bagaimana fitur utama dari tahapan kapitalisme hari ini adalah imperialisme itu sendiri, yakni monopoli, kapital finans, ekspor kapital, dan pembagian pasar dunia. Mengharapkan kapitalisme tanpa imperialisme adalah mimpi kaum borjuis kecil yang ingin kembali ke kapitalisme muda yang “lebih adil”, agar nantinya mereka diberikan kesempatan sekali lagi untuk menjadi monopoli.
Kesimpulannya jelas, tidak mungkin kita mendirikan kapitalisme yang mandiri di Indonesia. Ini hanyalah mimpi kapitalis nasional yang sendirinya ingin menjadi monopoli, yang menggonggongi tuan-tuannya karena tidak kebagian kue jarahan yang lebih besar.
kita harus melihat karakter borjuasi nasional yang terdominasi ini. Borjuasi Indonesia–seperti borjuasi negeri-negeri Ketiga lainnya–lahir terlambat di panggung sejarah. Mereka lahir bukan dari proses organik seperti borjuasi Eropa, tetapi dicangkokkan lewat ekspor kapital dari negeri-negeri kapitalis maju. Karena fakta historis ini, mereka tidak mandiri, lemah, tergantung pada modal asing, dan tidak progresif. Mereka tidak bisa menyelesaikan sepenuhnya tugas-tugas demokratik nasional (reforma agraria, penghapusan feodalisme, pembentukan republik yang demokratis, pembentukan negara bangsa yang mandiri dan utuh). Bahkan tugas-tugas demokratik nasional tersebut hari ini setengah tercapai berkat dorongan perjuangan rakyat pekerja. Bukan borjuasi nasional yang menggedor pintu kediktatoran Soeharto dan akhirnya mendobraknya guna membawa reforma demokrasi. Justru mereka berbaris rapi di belakang Soeharto ketika ia membantai jutaan rakyat dan menegakkan kediktatoran brutal.
Sampai sini, kita telah mendefinisikan kapitalisme dengan cukup dalam dan detail, dengan mempertimbangkan basis ekonominya. Dengan melakukan ini, kita telah menghindari penggunaan kata imperialisme secara serampangan oleh banyak sejarawan untuk mendefinisikan kebijakan penaklukan secara umum.
Mungkin akan ada yang mengeluh bahwa ini hanyalah masalah semantik saja, masalah definisi remeh temeh. Tetapi tidak demikian. Ini berkaitan dengan bagaimana kita dapat mengobarkan perjuangan anti-imperialisme yang sejati dan revolusioner.
SOSIALISME ADALAH UNTUK RAKYAT BERJUANG DAN BERORGANISASI SOSIALIS MELAWAN IMPERIALISME KAPITALISME BERSAMA KAUM MUDAH REVOLUSIOER”
MUSUH KITA ADALAH KAPITALISME IMPERIALISME DAN JANGAN DIAM BERJUANG KETIKA DIAM MAKA DI INJAK DAN DIBODOHIN OLEH KAPITALISME.
Web:KARUNGGUWENE.COM