Kaum idealis berargumen bahwa berdoa saja tidak cukup untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan, dan mendapatkan selamat hidup di dunia. โKetika kamu menginginkan rezekimu berlimpah, kamu tidak cukup hanya berdoa, tetapi kamu juga harus berusaha dan bekerja keras. Doa dan usaha harus dikombinasikan,โ begitu kata mereka.
Walaupun, mereka berargumen bahwa keberhasilan dan keselamatan di dunia merupakan kombinasi antara doa dan usaha, tetap saja, bagi mereka, Tuhan yang menentukan keberhasilan dan keselamatan hidup mereka, begitu juga ketika mereka gagal dan mengalami celaka dalam usaha mereka, mereka berpikiran bahwa mereka kurang keras dalam berusaha, dan kadar keimanan mereka pada Tuhan belum maksimal, sehingga Tuhan memberikan cobaan yang berat dan hukuman kejam bagi merekaโBagaimana mungkin sang Pencipta yang mencintai dan mengasihi ciptaannya sendiri mempermainkan hidup ciptaannya sendiri?!โKaum idealis berargumen, โKita hanya mampu berencana, berusaha, dan berdoa, semua keberhasilan, ketidakberhasilan, dan keselamatan kita, Tuhanlah yang menentukan.โ
Tipikal (ciri khas) pemikiran kaum idealis adalah mengutamakan atau menempatkan hasil pemikiran, hasil perenungan [di dalam gua], dan hasil fantasi di โsinggasanaโ kerajaan kehidupan manusia. Dengan perkataan lain, idelah yang primer, sedangkan materi menempati urutan sekunder. Tuhanlah yang mengendalikan manusia, dan manusia hanyalah wayang-wayang yang memainkan peranan yang telah diskenariokan oleh Tuhan.
Keyakinan kaum idealis dalam mengutamakan ide, dan mensekunderkan materi, tentu saja, sangat disukai oleh kaum penindas. Kaum penindas dengan mudah akan menampik dan menghindar dari tudingan bahwa merekalah sumber utama kegagalan, ketidakberhasilan, ketidakberdayaan, ketidakmampuan, dan semua bentuk dan jenis kesengsaraan manusia. Semua bentuk kesialan manusia itu bukan disebabkan oleh perilaku anarkis kaum penindas, melainkan disebabkan, sudah digariskan, dan ditentukan oleh Tuhan. Jika manusia ingin berhasil dan selamat, teruslah berdoa dan bekerja dengan keras, โdemi akumulasi kapital bukan demi keberhasilan dan keselamatan manusia itu sendiri,โ begitu kata Ponijo yang telah bertubi-tubi melakoni hidup di bawah sistem corak produksi yang menindas.
Sekarang, kita dengarkan seperti apa argumen kaum materialis, kaum yang mengutamakan atau menempatkan materi di urutan pertama (primer), sedangkan ide di urutan kedua (sekunder).
Kaum materialis berargumen berpikir dan atau berteori saja tidak cukup untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan, dan mendapatkan keselamatan hidup di dunia. โKetika kamu menginginkan hidup tanpa eksploitasi, kamu tidak cukup hanya membaca dan mempelajari bahan-bahan bacaan tentang eksploitasi dan pembebasan manusia, tetapi kamu, yang utama dan terutama, harus terlibat dalam perjuangan kelas. โTeori dan praktik revolusioner harus dikombinasikan,โ begitu kata mereka.
Walaupun, mereka tetap menempatkan ide atau teori sebagai hal yang sangat penting untuk menuntun perjuangan hidup mereka, mereka memiliki keyakinan bahwa ide dan teori merupakan hasil dari refleksi kehidupan nyata manusia di dunia materialโmanusia yang berdarah dan berdaging. Dalam Das Kapital, jilid pertama, Karl Marx pun pernah berargumen, โIde adalah dunia nyata yang tercermin dalam pikiran manusia, dan diterjemahkan dalam bentuk-bentuk pikiran manusiaโ. Dengan demikian, Marx tidak mengesampingkan ide (hasil pemikiran), bahkan Lenin pun pernah berargumen, โTanpa teori revolusi, tidak mungkin ada gerakan revolusionerโ dalam karyanya yang berjudul โNegara dan Revolusiโ. Namun, perbedaannya dengan kaum idealis, kaum materialis berargumen kondisi-kondisi materiallah yang menentukan keberhasilan, ketidakberhasilan, dan kesalamatan hidup manusia di dunia. Semua itu bukan ditentukan oleh Tuhan, melainkan ditentukan oleh syarat-syarat meterial!
Tipikal kaum materialis-Marxis adalah mengutamakan hasil pengamatan material, hampiran (pendekatan) secara saintifik, dan perjuangan kelas.
Semua bentuk-bentuk materiallah yang mengkondisikan hidup manusia di masa lalu, dan menentukan masa depan kehidupan manusia, Dengan perkataan lain, materilah yang primer, sedangkan ide (teori) serta berbagai bentuk keyakinan mistis menempati urutan sekunder. Manusia sendirilah yang mengontrol, mengendalikan, dan memperjuangkan kehidupan diri mereka sendiri bukan Tuhan. Merekalah yang menciptakan fantasi tentang ke-Tuhanan, dan berfantasi bahwa mereka hanya wayang-wayang yang dikendalikan Tuhan, dan itu mereka lakukan karena, dalam sejarahnya, mereka tidak berdaya di hadapan alam, dan, dalam masyarakat kelas, pikiran mereka dihegemoni oleh sistem yang menindas. Mereka mengkompensasikan semua itu ke dalam bentuk ketertundukan mereka pada fantasi yang mereka ciptakan sendiri.
Prinsip yang digenggam oleh kaum materialis yang mengutamakan atau menempatkan hasil pengamatan ilmiah (saintifik) atau materi sebagai seperangkat analisis sosial, tentu saja, sangat dibenci kaum penindas. Kaum penindas akan sangat terancam oleh hasil analisis kaum materialis yang berujung pada kesimpulan bahwa sumber utama kegagalan, ketidakberhasilan, ketidakberdayaan, ketidakmampuan, dan semua bentuk kesengsaraan manusia bersumber pada kaum penindas. Jika manusia ingin berhasil dan selamat, manusia tidak hanya harus berteori, tetapi juga terus terlibat dalam perjuangan kelas dalam rangka merebut surplus value dan menghapuskan keberadaan kaum penindas. โDemi mencapai sosialisme dunia bukan demi restorasi kelas kapitalis, demi untuk kesejahteraan, kebahagiaan, dan kebebasan semua manusia bukan demi segelintir individu,โ begitu kata kaum Marxis revolusioner.
๐๐ช๐จ๐ ๐๐๐ฃ๐๐๐๐ง๐ ๐ฝ๐๐ง๐๐ฉ 18 ๐ผ๐๐ช๐จ๐ฉ๐ช๐จ 2024
#๐๐๐๐๐๐:๐๐๐๐๐ก๐๐จ๐ข๐ ๐๐ฉ๐๐ช ๐๐๐ฉ๐๐ง๐๐๐ก๐๐จ๐ข๐ย (๐๐ฟ๐)
@๐๐ผ๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐.๐พ๐๐